Kenapa Sebaiknya Kita Hindari Kata “Kenapa” Sewaktu Bertanya ke Anak?
Bertanya “kenapa” ke anak kedengarannya sepele tapi sebaiknya kita hindari, terutama pada saat anak tidak melakukan apa yang kita harapkan darinya.
“Lho kenapa Aldian?”
”Kira-kira kenapa? 🙂
Let me share my experience…
Saya kebetulan pulang agak malam dari sesi advising, dan istri saya pas lagi ke luar kota. Anak sulung saya lagi asyik main game dan tas sekolahnya kelihatan berantakan.
Saya pun nanya, “ada PR buat besok?”
“Ada satu.”
“Udah selesai?”
“Baru mau bikin.”
Spontan saya pun bertanya, “lah dari tadi ngapain? Kenapa belum bikin PR?”
Nah muncul deh beragam alasan.
Pertanyaan dengan kata “kenapa” bisa bikin anak defensive alias membela diri dan mencari alasan pembenaran. Terlebih kalau orang tua bertanya dengan emosi dan ada intensi menuduh atau menyalahkan.
To be honest, I admit sometimes I still lose myself and forget to keep my calm.
Seandainya saya tenang, saya bisa bertanya lebih baik secara obyektif, misalnya:
“Belum bikin PR. Apa yang bikin belum bikin PR?”
Dan anak bisa menjawab jujur misalnya lupa.
Lalu kita bisa bertanya lagi ke anak tentang solusinya. Misalnya:
“Gimana biar besok-besok gak lupa kalau ada PR dan bisa langsung dikerjain?”
—
Untuk hal lain pun saya juga sering tidak pakai kata “kenapa” sewaktu bertanya ke anak saya.
Misalnya sewaktu kita sekeluarga sedang coba makan di restoran baru. Dan anak saya ternyata gak suka dan gak nafsu makannya.
“Liora gak suka apanya?”
“Keras. Bau.”
“Ok. Mau yang gak keras dan gak bau?”
“Iya.”
Apa yang terjadi seandainya saya bertanyanya, “kenapa gak suka?”
Bisa muncul alasan yang mungkin kedengerannya mengada-ngada karena membuat anak jadi defensive.
Jadi kenapa sebaiknya kita menghindari kata “kenapa” sewaktu bertanya ke anak kita?
- ANAK TERLAMBAT BICARA?Bisa Jadi Inilah Salah Satu Penyebabnya… - September 22, 2023
- MENGKRITIK Anak & Pasangan = MENGKRITIK Diri Sendiri?? - September 20, 2023
- Memang Perlu MENGHIPNOSIS ANAK Agar Fokus & Teliti Saat Ujian? - September 18, 2023