Kenapa Anak Bunuh Diri? - Adaptive Parenting & Counseling

Kenapa Anak Bunuh Diri?

Anak yang bunuh diri lebih sering mengalami masalah relatioship dengan anggota keluarga atau teman.

Minggu lalu saya dapat forward dari teman saya di Telegram tentang seorang anak kelas 11 yang bunuh diri dengan loncat dari gedung apartemen karena tidak bisa ujian Mandarin. Saya trenyuh bacanya. Kenapa bisa sampai terjadi?

Namun saya ragu untuk menulis tentang topik suicide ini karena heavy dan dark bagi saya. Saya sudah research data penelitian tentang bunuh diri pada anak SD dan remaja, dan mendapatkan hipotesa namun saya menunda-nunda untuk menulisnya… Sampai akhirnya ada orang tua yang konsultasi ke saya dan salah satu keresahan ortu ini adalah anaknya menulis “sometimes I’d better die“.

Awalnya saya anggap ini hanya ungkapan emosi anak tersebut, dan bukan sesuatu yang serius. Tapi setelah saya evaluasi lebih lanjut, ternyata ini kritis dan berbahaya karena ini adalah suicide attempt (percobaan bunuh diri). Jadi saya langsung berikan advice kepada orang tua tersebut untuk:

  1. Membawa anak ini ke psychotherapist yang qualified untuk mendapatkan suicide attempt therapy (terapi untuk percobaan bunuh diri).
  2. Ortu anak ini mendapatkan parenting advising yang sesuai dengan keunikan anak ini agar bisa melakukan parenting yang lebih baik.

Percobaan bunuh diri ini adalah shadow (sifat negatif) dari Gate 28 Gate of Preponderance of the Great: hidup tanpa tujuan adalah mati.

Coba cek Kids Blueprint anak Anda, apakah Gate 28-nya aktif? Jika ya, maka Anda mesti membantu anak Anda untuk menemukan tujuan hidupnya agar dia bergairah dan merasa “hidup”.

Nah ini baru salah faktor penyebab kenapa anak bunuh diri.

Masih ada faktor-faktor lainnya.

Dari yang saya dari artikel penelitian Suicide in Elementary School-Aged Children and Early Adolescent (Bunuh Diri di Anak Usia SD dan Remaja Awal) dari American Academy of Pediatrics (Akademi Dokter Spesialis Anak Amerika), ternyata faktor pencetus yang dominan adalah:

  • Masalah relationship, terkait konflik dengan teman atau keluarga (60.3% pada anak SD dan 46.0% pada remaja)
  • Krisis yang baru-baru saja terjadi (38.5% pada anak SD dan 36.3% pada remaja)
  • Masalah di sekolah (38.% pada anak SD dan 34.4% pada remaja)

Masih ada lagi faktor-faktor pencetus lainnya yang bisa Anda lihat sendiri di tabel penelitiannya.

Masalah relationship, terutama dengan keluarga, sebenarnya bisa diminimalisasi jika orang tua melakukan gaya parenting yang sesuai dengan keunikan anaknya. Dan jika relasi ortu dengan baik anak, ortu bisa membantu anak menghadapi krisis dan juga mengatasi masalah di sekolah.

Jadi apa yang bisa Anda lakukan untuk bisa melakukan parenting yang lebih baik ke anak Anda?

Aldian Prakoso

Click Here to Leave a Comment Below