Kenapa Sebaiknya Kita Tidak Peluk Anak Saat Mereka Nangis? - Adaptive Parenting & Counseling

Kenapa Sebaiknya Kita Tidak Peluk Anak Saat Mereka Nangis?

Dulu kalau putri kembar saya nangis, mereka biasanya saya peluk untuk menenangkan mereka dan membuat mereka merasa aman. Ya, karena mereka memang suka dipeluk dan suka kehangatan. Tapi sekarang saya sudah tidak memeluk mereka lagi ketika mereka nangis walaupun mereka kepingin dipeluk.

Kenapa?

Ada 2 alasan.

Yang pertama, pelukan bisa menjadi anchor dan memicu munculnya rasa sedih ataupun emosi negatif lainnya yang muncul saat anak nangis dan dipeluk.

Anchor adalah istilah dalam NLP (Neuro-Linguistic Programming), yaitu terpicunya kembali emosi yang pernah dialami dengan terangsangnya salah satu panca indra. Emosi ini bisa apa saja, baik emosi positif mau pun negatif.

Maksudnya bagaimana?

Saya kasih contoh dengan konteks anak menangis.

Anak menangis bisa karena berbagai sebab, begitu juga emosi yang dialaminya. Mungkin karena merasa sedih, marah, frustrasi, jengkel, sakit, kecewa atau lainnya.

Kenapa Orang Tua Tidak Boleh Melabel Emosi Anak?

Ketika setiap kali anak dipeluk ketika menangis, pelukan tersebut bisa menjadi anchor, yang memicu munculnya kembalinya emosi-emosi yang dirasakan anak saat dia menangis.

Misalnya anak mau pergi dan minta dipeluk untuk say good bye. Mendadak saat itu anak bisa merasa sedih karena emosi sedih dipicu untuk muncul lewat pelukan tersebut.

So far so good?

Ok yuk kita lanjutkan dengan alasan berikutnya.

Alasan yang kedua, pelukan bisa disempower (mengkerdilkan) anak.

Memang betul anak merasa aman, disayang dan hangat saat dipeluk. Terlebih saat mereka nangis dan merasakan emosi negatif.

Tapi…

Anda mungkin merasa gak tega…

Kok tega banget sih, anak nangis tapi gak dipeluk?

Iya betul, anak bisa merasa aman, nyaman dan disayang kita peluk. Tapi jika tiap kali kita peluk mereka setiap kali mereka nangis, mereka tidak terlatih untuk menjadi lebih kuat dan menghadapi masalah.

Memang maksud kita baik dengan memeluk mereka saat mereka nangis. Tapi efeknya ternyata tidak baik. Kita malah disempower mereka atau mengerdilkan mereka.

Jadi kita sebagai ortu juga mesti mulai belajar tough love. Belajar untuk tega.

(Note: ini bukan untuk dilakukan ke bayi, tapi anak yang sudah lebih besar dan disesuaikan dengan konteks sikon).

Dan kita juga mesti komunikasikan ke anak kita alasan kita tidak peluk mereka saat mereka nangis.

Jadi saya juga bilang ke putri kembar saya kenapa saya tidak lagi peluk mereka saat mereka nangis, “papa gak peluk Viella/Liora waktu Viella/Liora nangis bukan karena papa gak sayang Viella/Liora. Tapi karena papa mau bikin Viella/Liora lebih kuat. Papa sayang sama Viella/Liora.”

Ke putri kembar saya memang agak tricky karena mereka punya Channel 37 – 40 The Channel of Community, dan juga Tribal Circuit mereka dominan.

Mereka yang punya Channel 37 – 40 suka kehangatan, pelukan, ciuman. Dan mereka yang punya Tribal Circuit yang dominan suka sentuhan. Dan pelukan memenuhi semua elemen ini.

Coba cek Kids Blueprint anak Anda, apakah mereka punya Channel 37 – 40 The Channel of Community, atau Gate 37 The Gate of Friendship.

Jadi saya perbanyak pelukan dan sentuhan ke mereka agar mereka tetap mendapatkan kebutuhan emosi mereka, walaupun mereka tidak lagi dipeluk saat nangis.

Bagaimana dengan anak Anda? Bagaimana Anda bisa empower anak Anda dan memenuhi kebutuhan emosi anak Anda? Please invite me to give parenting advising or analysis report.

Aldian Prakoso

Click Here to Leave a Comment Below