Soul Journey #2: Hati-Hati, Jangan Terjebak untuk Hanya Menggunakan Logika dan Pikiran Saja
Di episode Soul Journey kedua ini saya akan share apa saja awareness atau kesadaran yang kita miliki, dan bagaimana melatihnya untuk diri kita dan untuk anak kita, sehingga tidak mudah terjebak untuk hanya selalu menggunakan logika dan pikiran saja.
Ya, selama ini, sejak kita kecil, kita terkondisikan untuk hanya menggunakan logika dan pikiran kita saja. Oleh orang tua kita, oleh kakek nenek kita, oleh guru di sekolah dan juga masyarakat.
Jika kita ingat-ingat, berapa sering kita mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti ini dari kita kecil hingga sekarang?
∗ What do you think?
∗ Masuk akal gak sih menurut kamu?
∗ Logis gak kalau gitu?
∗ Jadi gimana rencananya?
Nah itu semuanya tentang logika, rasional dan pikiran. Dan jika kita bicara dalam konteks Human Design, ini adalah tentang Head dan Ajna Center.
Dan sekarang mari kita ingat-ingat juga, seberapa sering kita mendengar kalimat-kalimat ini:
∗ Udah, udah, ayo diam yuk, cukup nangisnya.
∗ Gitu aja kok nangis sih?!
∗ Cengeng amat sih dikit-dikit nangis.
∗ Anak laki gak boleh nangis. Malu kalau nangis!
Tahukah Anda bahwa dengan sejak kecil kita dilarang nangis ini, kita secara tidak langsung dikondisikan untuk tidak mengakui perasaan kita?
Memang tidak salah menggunakan logika dan pikiran memang kita perlukan dalam hidup kita, tapi kita perlu sadari itu bukan satu-satunya yang perlu kita pakai.
Berdasarkan Human Design, kita mempunyai 9 Center atau pusat energi yang menyalurkan energi kehidupan dalam diri kita. Kesembilan Center ini adalah bagian dari diri kita, baik Defined ataupun Undefined.
Selain Ajna Center yang adalah Mind Consciousness atau Kesadaran Pikiran, kita juga memiliki:
∗ Splenic Center yang adalah Body Consciousness atau Kesadaran Tubuh,
∗ dan juga Solar Plexus Center yang antara lain adalah Emotional Awareness atau Kesadaran Emosional.
Jadi kita semua berpotensi untuk bisa menyadari dan mengenali sensasi tubuh serta perasaan dan emosi kita. Masalahnya, potensi ini tidak kita latih karena selama ini kita terbiasa dan terkondisikan untuk hanya menggunakan Mind. Padahal Mind Consciousness, Body Consciousness dan Emotional Awareness kita perlu seimbang.
Lalu bagaimana melatih kesadaran tubuh dan kesadaran emosional?
Anda bisa melakukan ini:
Ketika Anda sadar bahwa Anda kesal, marah, sedih atau apapun perasaan gak enak lainnya yang Anda rasakan… Anda bisa merefleksikan dan merasa-rasakannya.
Sensasi apa yang terasa? Di bagian tubuh mana? Seperti apa rasanya? Apakah kaku, hangat, dingin, kesemutan, cenut-cenut atau apa pun itu yang Anda rasakan? Dan jangan Anda judge. Terima saja semua sensasi dan perasaan tersebut. Karena apa pun yang Anda rasakan adalah subyektif dan valid bagi Anda. Lalu Anda catat di jurnal Anda.
Setelah merasakan sensasi tersebut, berikutnya adalah merasakan feeling atau emosinya. Mungkin marah? Atau mungkin sedih? Atau whatever emotion yang Anda rasakan karena ini juga subyektif dan valid bagi Anda. Terima saja semuanya dan catat di jurnal Anda.
Misalnya Anda nonton drakor (drama Korea), lalu Anda nangis. Refleksikan dan rasa-rasakan sensasinya. Di bagian tubuh mana dan bagaimana rasanya? Rasakan juga apa emosi dan feelingnya. Terima apapun yang muncul lalu catat di jurnal Anda.
Dengan Anda sering melakukan ini, lama-lama Anda akan terbiasa untuk get in-touch dengan body dan emosi Anda.
Ok good.
Sekarang bagaimana dengan anak Anda?
Untuk anak, cara melatihnya juga mirip.
Misalnya anak Anda sedang tantrum, jika penyebabnya bukan karena sakit atau hal lain yang membahayakan dirinya, give him or her the space and time untuk merilis tantrum-nya secara aman.
Setelah anak tenang, Anda bisa tanya kepadanya secara santai (bukan secara interogasi lho ya, tapi secara santai). Anda bisa tanya misalnya tadi kamu berasa apa? Di mana rasanya? Kayak gimana rasanya?
Berikan waktu kepada anak untuk menjawab. Mungkin anak akan menunjuk bagian tubuhnya. Mungkin juga menjawab tidak tahu, atau bahkan mungkin sama sekali tidak menjawab. That’s okay. Karena Anda sudah mulai menstimulasi anak Anda untuk merasakan sensasi tubuhnya.
Jika anak terlihat masih mau kooperatif, lanjutkan dengan bertanya tentang perasaannya. How did you feel tadi?
Lakukan juga exercise ini ketika anak juga sedang good mood.
Dan yang paling penting, jangan melabel atau men-judge jawaban anak. Karena sama seperti Anda, sensasi dan perasaan anak Anda juga subyektif dan valid bagi anak tersebut.
Apakah Anda Cemas, Bingung atau Takut akan Masa Depan Anda atau Anak Anda?
Siapa tahu saya bisa bantu.
Yuk gratis konsultasi 1 jam. No obligation whatsoever!
Thanks!
- ANAK TERLAMBAT BICARA?Bisa Jadi Inilah Salah Satu Penyebabnya… - September 22, 2023
- MENGKRITIK Anak & Pasangan = MENGKRITIK Diri Sendiri?? - September 20, 2023
- Memang Perlu MENGHIPNOSIS ANAK Agar Fokus & Teliti Saat Ujian? - September 18, 2023