Bagaimana Cara Empower Anak Melalui Rutinitas Sehari-hari?
Tadi saya ngantar anak sulung saya, Dhava, ke rumah temannya untuk kerja kelompok, dan juga berenang. Di mobil saya tanya, “kerja kelompok apa?”
Dijawab, “diskusi.”
Saya: Diskusi?
Dhava: Diskusi praktikum IPA.
Saya: Praktikum IPA?
Dhava: Iya.
Saya: Praktikum ngapain?
Dhava: Gak tahu.
Saya: Gak tahu? (Saya terpikir untuk ngasih ide praktikum tapi saya nahan diri. Udah sempet tuh saya mau bilang “Gimana kalo bikin…” tapi saya tahan.)
Dhava: Mau bikin pesawat dikasih dinamo. Terus didemoin pas praktikum. Tapi gak tahu jadi gak.
Saya: Seandainya tahu?
Dhava: Gak tahu.
Saya: Misalnya tahu?
Dhava: Belum tahu.
Saya tidak push lagi tanyakan apa yang mau dibuat tapi kasih dia waktu dulu untuk mendapatkan ilhamnya. Apalagi kami sudah hampir mencapai tujuan. Jika waktunya masih cukup, saya akan lanjutkan dengan variasi pertanyaan yang lain.
Kenapa?
Karena Dhava punya Channel 43 – 23 The Channel of Structuring. Orang dengan channel ini memang terkadang susah mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Mereka kesulitan memformulasikan ilham mereka dengan kata-kata. Terlebih ilham mereka juga munculnya random dan tidak diatur kapan munculnya. Selain itu mereka juga ada kecemasan kalau pemikiran atau ilham mereka ditolak.
Jadi perlu ada teknik bertanya untuk empower mereka yang punya Channel 43 – 23 ini agar bisa mengungkapkan pikiran mereka. Misalnya:
• Seandainya kamu tahu? (Ini yang saya pakai di percakapan di mobil dengan Dhava tadi).
• Apa lagi yang bisa kamu pikirkan?
• Ada alternatif pikiran terhadap hal ini?
Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya yang saya ajarkan pada saat orang tua mengikuti sesi parenting advising untuk anak mereka.
So back to empowerment, bagaimana kita sebagai orang tua bisa empower anak kita melalui rutinitas kita sehari-hari?
Yang pertama adalah menahan diri untuk tidak membantu anak jika anak tidak meminta bantuan kita.
Iya, sewaktu ngobrol dengan Dhava di mobil, saya sudah hampir keceplosan ngasih ide atau opini saya terkait praktikumnya. Tapi untungnya saya sadar dan menahan diri.
Apakah Anda juga kadangan merasa seperti gak sabar dengan anak Anda yang belum mendapatkan jawaban, dan lalu gatal kepingin ngasih tahu?
He he he, kalau Anda ngerasa begitu, Anda gak sendirian. Jujur saya juga sering ngerasa hal yang sama. Tapi saya berusaha menahan diri, walaupun terkadang memang masih keceplosan.
Jadi yang pertama kita perlu menahan diri untuk tidak membantu anak jika anak tidak meminta bantuan kita.
Yang kedua, support anak mengungkapkan hidden talent mereka dengan cara yang sesuai.
Misalnya seperti Dhava yang punya Channel 43 – 23 ini. Mereka dengan channel ini sebetulnya adalah orang dan anak yang jenius. Hanya saja mereka kesulitan mengungkapkan pikiran mereka dengan kata-kata, dan mereka juga punya kecemasan kalau pikiran mereka ditolak orang lain.
Jadi mereka perlu di-support agar bisa belajar memformulasikan pikiran mereka menjadi kata-kata yang mudah dimengerti orang lain, dan juga berani mengungkapkan pikiran mereka.
Bagaimana caranya?
Antara lain dengan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai, yang sudah saya berikan sebagian contohnya di atas.
Nah bagaimana Anda juga bisa empower anak Anda melalui rutinitas sehari-harinya?
Apakah anak Anda juga punya Channel 43 – 23? Coba cek Kids Blueprint-nya.
Silahkan undang saya untuk memberikan parenting advising dan membantu Anda untuk empower anak Anda.
- ANAK TERLAMBAT BICARA?Bisa Jadi Inilah Salah Satu Penyebabnya… - September 22, 2023
- MENGKRITIK Anak & Pasangan = MENGKRITIK Diri Sendiri?? - September 20, 2023
- Memang Perlu MENGHIPNOSIS ANAK Agar Fokus & Teliti Saat Ujian? - September 18, 2023